Kelereng
Panggang
Ketika Pongki
sedang menata bukunya, Pongki menemukan kelereng di selipan bukunya, Pongki
langsung menyimpannya bersama kelereng lainnya di laci meja belajarnya. Pongki
punya seorang adik sepupu perempuan bernama Coreng yang baru saja datang
beberapa jam yang lalu dari Yogyakarta untuk mudik lebaran ke rumah Pongki.
Coreng ingin sekali meminjam kelereng itu, namun tak pernah dikabulkan Pongki.
“Kalau kupinjamkan bisa-bisa dia masukin ke mulut atau berbuat yang
membahayakan bagi dirinya.” lamun Pongki di dalam hati. Setiap kali Coreng
merengek Pongki hanya berkata “Ssst….anak kecil nggak boleh pegang kelereng
ini, Nanti rusak!”
Suatu sore, Pongki sibuk mengerjakan
PRnya. Coreng masuk ke kamar Pongki dan mulai merengek ingin meminjam kelereng
itu. Pongki pura-pura tidak mendengarnya. Akibatnya, Coreng mulai menangis agak
keras. “Wah, gawat kalau terdengar Ibunya.” pikir Pongki. Karena kehabisan
akal, Pongki akhirnya berkata, “Kamu boleh pinjam kalau kelerengnya sudah
matang. Sekarang masih mentah!”
Ternyata Coreng mempercayainya. Ia
langsung berhenti menangis.”Kapan matangnya,Kak?” tanya Coreng dengan gembira.
Pongki terkejut. Tak disangka anak kecil mudah dikelabui. Akhirnya Pongki
melanjutkan cerita bohongnya itu, “Ayah dan Ibumu tak boleh tau soal ini!
Sekarang sedang diperam di laci. Tidak boleh dilihat! Nanti kalu sudah matang,
warnanya yang tadinya hijau akan berubah menjadi warna emas yang menyala. Kalau
sudah seperti itu baru Coreng boleh pinjam sepuas hati,” jelas Pongki dengan
wajah serius.
Beberapa hari berlalu, Coreng
mulai tidak sabar. Suatu siang , saat Pongki sedang sibuk menyiapkan buku
lesnya, Coreng masuk ke kamar Pongki. “Coreng ingin lihat kelerengnya, Kak. Kan
sudah lama diperam,” gerutu Coreng dengan cemberut. “Kelerengnya masih belum
matang! Kalau sedang diperam tidak boleh dilihat! Lacinya tidak boleh dibuka!”
jawab Pongki cepat. Dia takut Coreng mengambil kelerengnya. “Tapi kenapa lama?
Bagaimana cara supaya cepatmatang?” tanya Coreng heran. Pongki tidak
mengindahkan pertanyaan Coreng. “Pokoknya kelereng itu masih mentah. Sekarang
aku mau les dulu, takut terlambat,” katanya sambil menuju sepedanya di luar.
Merasa tidak puas karena tidak
dijawab. Ia akhirnya mencari ibunya di dapur yang sedang membuat kue nastar
persiapan lebaran. Ibunya sedang menimbang berbagai bahan untuk membuat kue.
“Asyik! Ibu mau buat kue,” kata Coreng. “Iya, nanti kalau semua bahan sudah
selesai digabung menjadi satu adonan, kamu bantu mengisinya dengan selai nanas
ya” jawab Ibu Coreng. Coreng sudah
membantu Ibuya membuat kue bulat-bulat dan Ibunya memasukannya ke dalam oven.
Coreng bertanya” Agar apa dimasukan oven, Bu?”, “Agar kuenya cepat matang.” balas
Ibu. Coreng lalu teringat dengan kelereng Pongki yang belum matang-matang.
Coreng lalu masuk ke kamar Pongki
dan mengambil kelerengnya di laci. Coreng memasukan kelereng ke dalam adonan
dan membuatnya menjadi bulat-bulat. Lalu dicampurkannya ke loyang kedua bersama
kue lainnya.
Ketika Pongki pulang, Coreng
berkata kalau kelerengnya sudah matang dipanggang di dalam oven. Pongki
langsung melempar tasnya sembarangan dan langsung segera masuk ke dapur. Pongki
melihat Ibunya barusaja mengeluarkan loyang dari oven. Pongki langsung
mengambil sendok dan memecahkan kuenya satu persatu. Dan setelah ketemu, Pongki
menggabungkan dengan kelereng lainnya dan dia taruh semuanya di gudang agar
tidak diambil lagi. Tidak disangka Ibu Coreng masuk ke dapur dan mengetahui kue
di loyang kedua sebagian sudah dipecah. Karena tercegang hal itu, Ibu Coreng memarahi Pongki. Dan akhirnya Pongki
segera menceritakan hal itu pada Ibunya Coreng lalu meminta maaf atas kesalahannya.
Kemudian Pongki masuk kamar untuk beristirahat dan berkata dalam hatinya agar
dia tidak akan menipu anak kecil lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar