Sabtu, 10 November 2012

Cerpen Pengalaman Pribadi


Kelereng Panggang
             Ketika Pongki sedang menata bukunya, Pongki menemukan kelereng di selipan bukunya, Pongki langsung menyimpannya bersama kelereng lainnya di laci meja belajarnya. Pongki punya seorang adik sepupu perempuan bernama Coreng yang baru saja datang beberapa jam yang lalu dari Yogyakarta untuk mudik lebaran ke rumah Pongki. Coreng ingin sekali meminjam kelereng itu, namun tak pernah dikabulkan Pongki. “Kalau kupinjamkan bisa-bisa dia masukin ke mulut atau berbuat yang membahayakan bagi dirinya.” lamun Pongki di dalam hati. Setiap kali Coreng merengek Pongki hanya berkata “Ssst….anak kecil nggak boleh pegang kelereng ini, Nanti rusak!”
             Suatu sore, Pongki sibuk mengerjakan PRnya. Coreng masuk ke kamar Pongki dan mulai merengek ingin meminjam kelereng itu. Pongki pura-pura tidak mendengarnya. Akibatnya, Coreng mulai menangis agak keras. “Wah, gawat kalau terdengar Ibunya.” pikir Pongki. Karena kehabisan akal, Pongki akhirnya berkata, “Kamu boleh pinjam kalau kelerengnya sudah matang. Sekarang masih mentah!”
             Ternyata Coreng mempercayainya. Ia langsung berhenti menangis.”Kapan matangnya,Kak?” tanya Coreng dengan gembira. Pongki terkejut. Tak disangka anak kecil mudah dikelabui. Akhirnya Pongki melanjutkan cerita bohongnya itu, “Ayah dan Ibumu tak boleh tau soal ini! Sekarang sedang diperam di laci. Tidak boleh dilihat! Nanti kalu sudah matang, warnanya yang tadinya hijau akan berubah menjadi warna emas yang menyala. Kalau sudah seperti itu baru Coreng boleh pinjam sepuas hati,” jelas Pongki dengan wajah serius.
             Beberapa hari berlalu, Coreng mulai tidak sabar. Suatu siang , saat Pongki sedang sibuk menyiapkan buku lesnya, Coreng masuk ke kamar Pongki. “Coreng ingin lihat kelerengnya, Kak. Kan sudah lama diperam,” gerutu Coreng dengan cemberut. “Kelerengnya masih belum matang! Kalau sedang diperam tidak boleh dilihat! Lacinya tidak boleh dibuka!” jawab Pongki cepat. Dia takut Coreng mengambil kelerengnya. “Tapi kenapa lama? Bagaimana cara supaya cepatmatang?” tanya Coreng heran. Pongki tidak mengindahkan pertanyaan Coreng. “Pokoknya kelereng itu masih mentah. Sekarang aku mau les dulu, takut terlambat,” katanya sambil menuju sepedanya di luar.
             Merasa tidak puas karena tidak dijawab. Ia akhirnya mencari ibunya di dapur yang sedang membuat kue nastar persiapan lebaran. Ibunya sedang menimbang berbagai bahan untuk membuat kue. “Asyik! Ibu mau buat kue,” kata Coreng. “Iya, nanti kalau semua bahan sudah selesai digabung menjadi satu adonan, kamu bantu mengisinya dengan selai nanas ya” jawab Ibu Coreng.  Coreng sudah membantu Ibuya membuat kue bulat-bulat dan Ibunya memasukannya ke dalam oven. Coreng bertanya” Agar apa dimasukan oven, Bu?”, “Agar kuenya cepat matang.” balas Ibu. Coreng lalu teringat dengan kelereng Pongki yang belum matang-matang.
             Coreng lalu masuk ke kamar Pongki dan mengambil kelerengnya di laci. Coreng memasukan kelereng ke dalam adonan dan membuatnya menjadi bulat-bulat. Lalu dicampurkannya ke loyang kedua bersama kue lainnya.
             Ketika Pongki pulang, Coreng berkata kalau kelerengnya sudah matang dipanggang di dalam oven. Pongki langsung melempar tasnya sembarangan dan langsung segera masuk ke dapur. Pongki melihat Ibunya barusaja mengeluarkan loyang dari oven. Pongki langsung mengambil sendok dan memecahkan kuenya satu persatu. Dan setelah ketemu, Pongki menggabungkan dengan kelereng lainnya dan dia taruh semuanya di gudang agar tidak diambil lagi. Tidak disangka Ibu Coreng masuk ke dapur dan mengetahui kue di loyang kedua sebagian sudah dipecah. Karena tercegang hal itu,  Ibu Coreng memarahi Pongki. Dan akhirnya Pongki segera menceritakan hal itu pada Ibunya Coreng lalu meminta maaf atas kesalahannya. Kemudian Pongki masuk kamar untuk beristirahat dan berkata dalam hatinya agar dia tidak akan menipu anak kecil lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar